Halloooooo....I want tell you about an my
experience in “ Baduy” oke lets go.. Pada hari minggu tanggal 8 Juni 2014 Psychology binusian'17 it fieldtrip ke baduy Tauga
perjuangan anak psychology binus kaya apa? Kami berangkat fari Binus menuju
Baduy jam 7.30 dan sampai ke Baduy jam 3 sore bayangkan….perjalanan menggunakan
bus( coba di bayangkan pegelnya..ga ngerti lagi pegelnya kaya apa), dan sesudah
sampai kami berkumupul untuk makan bersama, setelah makan bersama kami ke
gazebo untuk berbincang-bincang oleh jaro atau yang kita kenal sebagai lurah
disana setelah berbincang-bincang. Kami memulai perjalanan kami dari desa Ciboleger(baduy
luar) hingga perbatasan baduy luar dan dalam sekitar 5km kami berjalan dengan
track yang hem.. bisa di bilang sungguh amat luar biasa seperti ingin naik
gunung dengan perjalanan yang terjal jam dengan track naik turun bukit bebatuan
yg terjal dan likaliku yg sangat ekstream dari yg berasa sampe gak ada rasanya sekitar
10km JALAN KAKI pulang-pergi sekitar 3,5,dari matahari bersinar terang benerang
hingga tenggelam dari mulai panas sampai
gelap gulita ga ada penerangan pas pulang dari mulai semangat cerita,foto-foto
sepanjang jalan berangkat, sampai suasana hening ngos-ngosan pas jalan pulang
balik tanpa penerangan sama sekali gelap gulita hanya ditemani penerangan dari
senter hape dan tepat pukul 20.00 kami
sampai kembali di desa Ciboleger dan kami bersiap untuk kembali kejakarta tepat
pukul 20.30 kami kembali ke Jakarta dan sampai di Binus lagi sekitar pukul
00.30. Pengalaman yang luar biasa yang bisa di dapat dari sana karena kita bisa
mengerti betapa berharganya alam yang bisa menghidupkan kita.
Sekilas info tentang baduy
Orang
Kanekes atau orang
Baduy/Badui adalah
suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak,Banten. Masyarakat Suku baduy di Banten termasuk salah satu suku yang
menerapkan isolasi dari dunia luar itulah salah satu keunikan Suku Baduy. Sehingga wajar
mereka sangat menjaga betul ‘pikukuh’ atau ajaran mereka, entah berupa
kepercayaan dan kebudayaan.
Masyarakat suku baduy benar-benar menjaga adat Istiadatnya dan sangat menjaga alam sekitar. Mereka sadar bahwa mereka hidup dari alam dan berdampingan dengan alam, sehingga mereka harus memiliki kearifannya terhadap alam. Banyak ajaran Suku Baduy berupa larangan atau anjuran yang sebenarnya di khususkan untuk menjaga agar alam.
Masyarakat suku baduy benar-benar menjaga adat Istiadatnya dan sangat menjaga alam sekitar. Mereka sadar bahwa mereka hidup dari alam dan berdampingan dengan alam, sehingga mereka harus memiliki kearifannya terhadap alam. Banyak ajaran Suku Baduy berupa larangan atau anjuran yang sebenarnya di khususkan untuk menjaga agar alam.
Bahasa yang
mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar
mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan
pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes Dalam tidak mengenal budaya
tulis, sehingga adat-istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya
tersimpan di dalam tuturan lisan saja.Orang Kanekes menutup diri dari
pengaruh dunia luar dan secara ketat menjaga cara hidup mereka yang tradisional,
sedangkan orang Sunda lebih terbuka kepada pengaruh asing dan mayoritas memeluk
Islam.
Hai I want tell you about an my
experience in “ Baduy” oke lets go.. Pada hari minggu tanggal 8 Juni 2014 Psychology binusian'17 it fieldtrip ke baduy Tauga
perjuangan anak psychology binus kaya apa? Kami berangkat fari Binus menuju
Baduy jam 7.30 dan sampai ke Baduy jam 3 sore bayangkan….perjalanan menggunakan
bus( coba di bayangkan pegelnya..ga ngerti lagi pegelnya kaya apa), dan sesudah
sampai kami berkumupul untuk makan bersama, setelah makan bersama kami ke
gazebo untuk berbincang-bincang oleh jaro atau yang kita kenal sebagai lurah
disana setelah berbincang-bincang. Kami memulai perjalanan kami dari desa Ciboleger(baduy
luar) hingga perbatasan baduy luar dan dalam sekitar 5km kami berjalan dengan
track yang hem.. bisa di bilang sungguh amat luar biasa seperti ingin naik
gunung dengan perjalanan yang terjal jam dengan track naik turun bukit bebatuan
yg terjal dan likaliku yg sangat ekstream dari yg berasa sampe gak ada rasanya sekitar
10km JALAN KAKI pulang-pergi sekitar 3,5,dari matahari bersinar terang benerang
hingga tenggelam dari mulai panas sampai
gelap gulita ga ada penerangan pas pulang dari mulai semangat cerita,foto-foto
sepanjang jalan berangkat, sampai suasana hening ngos-ngosan pas jalan pulang
balik tanpa penerangan sama sekali gelap gulita hanya ditemani penerangan dari
senter hape dan tepat pukul 20.00 kami
sampai kembali di desa Ciboleger dan kami bersiap untuk kembali kejakarta tepat
pukul 20.30 kami kembali ke Jakarta dan sampai di Binus lagi sekitar pukul
00.30. Pengalaman yang luar biasa yang bisa di dapat dari sana karena kita bisa
mengerti betapa berharganya alam yang bisa menghidupkan kita.
Sekilas info tentang baduy
Orang
Kanekes atau orang
Baduy/Badui adalah
suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak,Banten. Masyarakat Suku baduy di Banten termasuk salah satu suku yang
menerapkan isolasi dari dunia luar itulah salah satu keunikan Suku Baduy. Sehingga wajar
mereka sangat menjaga betul ‘pikukuh’ atau ajaran mereka, entah berupa
kepercayaan dan kebudayaan.
Masyarakat suku baduy benar-benar menjaga adat Istiadatnya dan sangat menjaga alam sekitar. Mereka sadar bahwa mereka hidup dari alam dan berdampingan dengan alam, sehingga mereka harus memiliki kearifannya terhadap alam. Banyak ajaran Suku Baduy berupa larangan atau anjuran yang sebenarnya di khususkan untuk menjaga agar alam.
Masyarakat suku baduy benar-benar menjaga adat Istiadatnya dan sangat menjaga alam sekitar. Mereka sadar bahwa mereka hidup dari alam dan berdampingan dengan alam, sehingga mereka harus memiliki kearifannya terhadap alam. Banyak ajaran Suku Baduy berupa larangan atau anjuran yang sebenarnya di khususkan untuk menjaga agar alam.
Bahasa yang
mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar
mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan
pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes Dalam tidak mengenal budaya
tulis, sehingga adat-istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya
tersimpan di dalam tuturan lisan saja.Orang Kanekes menutup diri dari
pengaruh dunia luar dan secara ketat menjaga cara hidup mereka yang tradisional,
sedangkan orang Sunda lebih terbuka kepada pengaruh asing dan mayoritas memeluk
Islam.
Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda
Wiwitan berakar pada pemujaan kepada
arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga
dipengaruhi oleh agama
Buddha, Hindu. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan
adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan
sehari-hari orang Kanekes.
Sebagian Peraturan yang di anut :
·
Tidak diperkenankan menggunakan
kendaraan untuk sarana transportasi
·
Tidak diperkenankan menggunakan alas
kaki
·
Pintu rumah harus menghadap ke
utara/selatan (kecuali rumah sang Pu'un atau
ketua adat)
·
Larangan menggunakan alat elektronik
(teknologi)
·
Menggunakan kain berwarna
hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak
diperbolehkan menggunakan pakaian modern. Kelompok masyarakat kedua yang
disebut panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Kanekes Luar (Baduy
Luar), yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah
Kanekes Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain
sebagainya. Masyarakat Kanekes Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat
kepala berwarna hitam.
Kanekes
Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Kanekes Dalam. Ada
beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkannya warga Kanekes Dalam ke Kanekes
Luar:
·
Mereka telah melanggar adat
masyarakat Kanekes Dalam.
·
Berkeinginan untuk keluar dari
Kanekes Dalam
·
Menikah dengan anggota Kanekes Luar
Ciri-ciri
masyarakat orang Kanekes Luar
·
Mereka telah mengenal teknologi,
seperti peralatan elektronik.
·
Proses pembangunan rumah penduduk
Kanekes Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku,
dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Kanekes Dalam.
·
Menggunakan pakaian adat dengan
warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak
suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans.
·
Menggunakan peralatan rumah tangga
modern, seperti kasur, bantal, piring & gelas kaca & plastik.
·
Mereka tinggal di luar wilayah
Kanekes Dalam.
·
Sebagian di antara mereka telah
terpengaruh dan berpindah agama menjadi seorang muslim dalam jumlah cukup
signifikan.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Kanekes di unduh 12 juni 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar