Asal mula bahasa manusia adalah
linguis dan filsuf Noam Chomsky. Chomsky menyatakan bahwa
"beberapa mutasi random terjadi, mungkin setelah hujan cahaya kosmik aneh,
dan menyebabkan reorganisasi pada otak, menanam sebuah organ bahasa dalam otak
primata." Walau memperingatkan untuk tidak menangkap cerita
tersebut terlalu harfiah, Chomsky bersikeras bahwa "ia mungkin lebih
mendekati kenyataan daripada dongeng lainnya yang mengatakan tentang
proses-proses evolusioner, termasuk bahasa".
Teori keberlanjutan sekarang
dipegang oleh mayoritas pelajar, tapi mereka berbeda dalam melihat
perkembangannya. Mereka yang melihat bahasa sebagai bawaan lahir, sebagai
contohnya, psikolog Steven Pinker, memegang preseden sebagai kognisi hewan, sementara
mereka yang melihat bahasa sebagai alat komunikasi belajar sosial, seperti
psikolog Michael Tomasello,
melihatnya berkembang dari komunikasi
hewan, baik isyarat primata atau komunikasi vokal untuk membantu
dalam bekerja sama. Model berkelanjutan lainnya melihat bahasa berkembang
dari musik,
sebuah pandangan yang telah didukung oleh Rousseau, Herder, Humboldt dan Charles
Darwin. Pendukung utama dari pandangan tersebut pada saat sekarang
adalah arkeolog Steven Mithen.
Karena timbulnya bahasa berada
sebelum prasejarah manusia, perkembangan yang berkaitan tidak meninggalkan
jejak sejarah dan tidak ada proses perbandingan yang dapat diobservasi pada
saat sekarang. Teori yang menekankan keberlanjutan sering melihat pada binatang
untuk melihat jika, misalnya, primata memperlihatkan ciri-ciri yang dapat
dilihat sebagai analogi terhadap bentuk bahasa dari pra-manusia. Alternatif
lain, fosil awal manusia dapat diinspeksi untuk melihat jejak-jejak adaptasi
fisik dari penggunaan bahasa atau bentuk jejak-jejak pra-linguistik dari
perilaku simbolik.
Secara umum tak terbantahkan bahwa
pra-manusia australopithecine tidak memiliki sistem
komunikasi yang secara signifikan berbeda dengan yang ditemukan pada kera besar secara
umum, tetapi para ahli memiliki opini yang berbeda-beda terhadap perkembangan
sejak munculnya Homo sekitar
2,5 juta tahun yang lalu. Beberapa ahli mengasumsikan perkembangan sistem
mirip-bahasa primitif (proto-bahasa) sama awalnya dengan Homo habilis(2,3
juta tahun lalu), sementara ahli lainnya menempatkan perkembangan komunikasi
simbol primitif hanya dengan Homo erectus (1,8
juta tahun yang lalu) atau Homo heidelbergensis (0,6 juta
tahun yang lalu) dan perkembangan bahasa layak pada Homo sapiens modern anatomis dengan revolusi Paleolitik Atas kurang dari
100.000 tahun lalu.
Sejarah awal
Kajian formal bahasa sering dianggap
telah bermulai di India oleh Panini, ahli
tata-bahasa abad 5 SM yang memformulasikan 3.959 aturan dari morfologiSanskrit.
Namun, penulis-penulis Sumeria telah mempelajari perbedaan antara
tata-bahasa Bahasa sumeria dan Bahasa
Akkadia sekitar 1900 SM. Kemudian tradisi tata-bahasa
berkembang pada semua kultur kuno yang mengadopsi tata tulis.
Pada abad ke-17, seorang Tata bahasa Port-Royal dari
Prancis mengembangkan ide bahwa tata-bahasa dari semua bahasa merupakan sebuah
refleksi dari dasar-dasar pemikiran universal, dan oleh karena itu tata-bahasa
merupakan universal. Pada abad ke-18, penggunaan pertama dari metoda komparatif oleh
ahlifilologi dan
India kuno dari Inggris William Jones memicu
tumbuhnya linguistik komparatif. Kajian ilmiah
dari bahasa diperluas dari Indo-Eropa ke bahasa secara umum oleh Wilhelm von Humboldt. Pada awal abad
20, Ferdinand de Saussure memperkenalkan
ide bahwa bahasa sebagai suatu sistem statik dari unit-unit yang saling
berhubungan, didefinisikan lewat pertentangan antara mereka.
Dengan memperkenalkan perbedaan
analisis bahasa antara diakronik dan sinkronik, dia meletakkan
fondasi dari disiplin ilmu linguistik modern. Saussure juga memperkenalkan
beberapa dimensi dasar dari analisis bahasa yang masih menjadi dasar dibanyak
teori linguistik kontemporer, seperti perbedaan antarasintagma dan paradigma, dan perbedaan Langue-parole,
membedakan bahasa sebagai suatu sistem abstrak (Language), dari bahasa
sebagai suatu manifestasi konkrit dari sistem itu sendiri (parole).
Bila dijelaskan sebagai suatu sistem
dari komunikasi simbolik,
bahasa secara tradisional terdiri dari tiga bagian: isyarat, makna, dan suatu kodemenghubungkan isyarat
dengan maknanya. Kajian dari proses semiotik,
bagaimana isyarat dan makna digabungkan, digunakan, dan diinterpretasikan
disebut dengan semiotik. Isyarat-isyarat dapat dibentuk dari suara, gerak,
huruf-huruf atau simbol, bergantung pada apakah bahasa tersebut diucapkan,
diisyaratkan, atau ditulis, dan mereka dapat digabungkan menjadi isyarat
kompleks seperti kata-kata dan frasa. Bila digunakan dalam komunikasi, suatu
isyarat disandikan dan dipindahkan oleh pengirim lewat suatu kanal kepada
penerima yang menterjemahkannya.
Beberapa properti yang membatasi
bahasa manusia dengan sistem komunikasi lainnya adalah kesembarangan dari
isyarat linguistik, berarti bahwa tidak ada koneksi yang dapat diprediksi
antara suatu isyarat linguistik dan maknanya, dualitas dari sistem lingustik,
berarti bahwa struktur linguistik dibangun dengan menggabungkan elemen-elemen
menjadi struktur besar yang dapat dilihat sebagai lapisan-lapisan, misalnya
bagaimana suara membentuk kata dan kata membentuk frasa, ciri-ciri dari
elemen-elemen bahasa, berarti bahwa elemen-elemen pembangun dari isyarat
linguistik adalah unit-unit diskrit, misalnya suara dan kata, yang dapat dibedakan
satu dengan yang lainnya dan disusun kembali dalam pola-pola berbeda, dan
produktivitas dari sistem linguistik, yang berarti bahwa jumlah terbatas dari
elemen-elemen lingustik dapat digabungkan secara teoritis menjadi sejumlah
kombinasi tak terbatas.
Aturan-aturan mengenai isyarat mana
yang dapat digabungkan untuk membentuk kata dan frasa disebut dengan sintaks atau
tata-bahasa. Makna yang terhubung pada isyarat-isyarat tertentu, morfem, kata,
frasa, dan teks disebut semantik. Pembagian bahasa menjadi terpisah tapi sistem
yang terhubung dari isyarat dan makna berawal dari kajian linguistik pertama
dari de Saussure dan sekarang digunakan hampir pada semua cabang dari
linguistik
Pengertian Bahasa
Secara sederhana, bahasa dapat
diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati.
Namun, lebih jauh bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk
berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem
lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan
manusiawi.
Bahasa adalah sebuah sistem,
artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan
dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang
bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap
lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat
disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang
bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa
dimakan orang sebagai makanan pokok’.
|
gambar 2 |
B.
Karakteristik Bahasa
Telah disebutkan di atas bahwa
bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abitrer, produktif, dinamis,
beragam dan manusiawi. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa di
antara karakteristik bahasa adalah abitrer, produktif, dinamis, beragam, dan
manusiawi.
Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa bersifat abritrer artinya
hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa
berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna
tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki
empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan.
Meskipun bersifat abritrer, tetapi
juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan
antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya,
lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang
dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika
dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
Bahasa Bersifat Produktif
Bahasa bersifat produktif artinya,
dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan
ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang
lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat
jutaan kalimat yang tidak terbatas.
Bahasa Bersifat Dinamis
Bahasa bersifat dinamis berarti
bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu
dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis,
morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja
terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang
tenggelam, tidak digunakan lagi.
Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun bahasa mempunyai kaidah
atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur
yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda,
maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis,
sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya
berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang
digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi
verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki
hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak
bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara
instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk
mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat
manusiawi.
C.
Fungsi-Fungsi Bahasa
Konsep bahasa adalah alat untuk
menyampaikan pikiran. Bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk
berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
perasaan.
Bagi sosiolinguistik konsep bahwa
bahasa adalah alat atau berfungsi untuk menyampaikan pikiran dianggap terlalu
sempit, sebab yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah “who speak what
language to whom, when and to what end”. Oleh karena itu fungsi-fungsi bahasa
dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topic, kode dan amanat
pembicaraan.
Fungsi Personal atau Pribadi
Dilihat dari sudut penutur, bahasa
berfungsi personal. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang
dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi
juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini
pihak pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedang sedih, marah atau
gembira.
Fungsi Direktif
Dilihat dari sudut pendengar atau
lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatuf tingkah laku pendengar.
Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi
melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang dikehendaki pembicara.
Fungsi Fatik
Bila dilihat segi kontak antara
penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat fatik. Artinya bahasa berfungsi
menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau
solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola
tetap, seperti pada waktu pamit, berjumpa atau menanyakan keadaan. Oleh karena
itu, ungkapan-ungkapan ini tidak dapat diterjemahkan secara harfiah.
Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya
juga disertai dengan unsur paralinguistik, seperti senyuman, gelengan kepala,
gerak gerik tangan, air muka atau kedipan mata. Ungkapan-ungkapan tersebut jika
tidak disertai unsure paralinguistik tidak mempunyai makna.
Fungsi Referensial
Dilihat dari topik ujaran bahasa
berfungsi referensial, yaitu berfungsi untuk membicarakan objek atau peristiwa
yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi
referensial ini yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat
untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si penutur tentang dunia
di sekelilingnya.
|
Gambar 3 |
Fungsi Metalingual atau
Metalinguistik
Dilihat dari segi kode yang digunakan,
bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik. Artinya, bahasa itu digunakan
untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Biasanya bahasa digunakan untuk
membicarakan masalah lain seperti ekonomi, pengetahuan dan lain-lain. Tetapi
dalam fungsinya di sini bahasa itu digunakan untuk membicarakan atau
menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahasa di
mana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan dengan bahasa.
Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat
(message) yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi imajinatif. Bahasa itu
dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan; baik yang
sebenarnya maupun yang hanya imajinasi (khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini
biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng dan sebagainya) yang
digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya.
________________________________________
[1] Abdul Chaer dan Leonie Agustina,
Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) hal 11
[2] Ibid, hal 15
sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa
(di Unduh 04032014)
http://dibustom.wordpress.com/2011/05/07/pengertian-bahasa-karakteristik-bahasa-dan-fungsi-bahasa-kajian-sosiolinguistik/ (di
Unduh 04032014)
Hai gat.. informasi yang diposkan menarik dan bermanfaat untuk menambah pengetahuan saya.
BalasHapusnilai : 90
hai agatha... informasi yang diberikan sangat bermanfaat untuk bahan belajar saya. Nilainya 90
BalasHapusGood job agatha! Dari post di atas sekira nya bisa menjadi pelajaran yg baik bagi diruku, nilai : 89
BalasHapusMultidimensi dan mendetail. 83 ya gat nilanya.
BalasHapusNice posting gat,85 deh yaa hhe
BalasHapusOhh ternyata begini ya sejarah bahasa, makasih artikelnya kak sangat menarik dan menambah wawasan. nilai 90 kak, keep up the good vibes kk!
BalasHapusArtikel yg menarik. Pembahasan sejarah mngenai bahasa mendetail dan terstruktur. Bermanfaat sekali bagi orang orang ndeso seperti saya. 92 ya buat artikel keren satu ini
BalasHapuswah makasih nih blognya bener bener bikin pikiran saya terbuka selebar-lebarnya... kalo begini ceritanya saya kasih kamu nilai 84 ya:)
BalasHapusMelalui artikel ini saya menjadi tahu bahwa bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi antar individu sehingga manusia dapat berinteraksi satu dengan yang lain. Good job! Nilai 90 untuk artikel informatif ini :)
BalasHapus